Jenis-jenis Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang dan Pekerjaan Lapisan Campuran Beraspal

Jenis-jenis Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang dan Pekerjaan Lapisan Campuran Beraspal



1.      Jenis-Jenis Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang Dan Upaya Penanganan

1.    Retak (Cracks)
Retak merupakan kejadian pecah pada beton, berupa garis-garis panjang yang sempit. Retak ini biasa terjadi akibat cuaca yang panas dan berangin. Jenis kerusakan ini sifatnya dangkal dan saling berhubungan. Kerusakan akibat keadaan alam pada beton dengan steel structure (reinforced concrete) maupun prestressed concrete memang seringkali tidak bisa dihindari. Dengan penanganan yang tepat, kerusakan ini tidak akan menimbulkan permasalahan berarti bagi konstruksi.
Metode perbaikan retak pada beton; Dengan penambalanDengan suntikan

2.    Lubang-Lubang Pada Beton Bertulang (Void)
Voids merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi kerusakan pada beton bertulang, berupa lubang-lubang yang ukurannya relatif dalam dan lebar. Penyebabnya ialah proses pemadatan yang dilakukan dengan vibrator yang kurang maksimal dan terlalu sempitnya jarak antara bekisting dengan tulangan atau frame. Yang sering terjadi adalah jarak antar tulang yang terlalu sempit hingga mortar tidak bisa mengisi rongga atau pori-pori antara agregat kasar dengan sempurna.
Metode perbaikan; Perbaikan dengan cara Grouting-Furnished

3.    Kelupasan Dangkal Pada Permukaan (Scalling/ Erosion/Spalling)
Kelupasan dangkal pada permukaan beton bertulang merupakan jenis kerusakan yang umum terjadi. Penyebabnya ialah adanya eksposisi yang berulang terhadap proses pembekuan dan pencairan hingga permukaan beton bisa terkelupas (scalling).
Ada pula jenis kerusakan lain yang menyebabkan permukaan beton terkelupas, yakni spalling, yakni melekatnya material di permukaan bekisting yang menyebabkan permukaan beton terkelupas.
Metode perbaikan beton; 
  • Penambalan (patching)-Furnished.
  •  Grouthing-Furnished.
  • Perkuatan Struktur dengan bahan FRP composite jenis e-glass (Furnished) perlapis pada daerah kering.

4.   Lekatan Baja Beton
Inilah jenis kerusakan lain yang umum terjadi pada beton bertulang. Kerusakan ini sering terjadi pada komponen struktur penunjang bangunan sipil. Perlu diketahui bahwa lekatan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran sebuah permukaan baja dan kualitas beton di sekitar bagian tulangan. Jika kelekatan gagal terjadi atau kurang sempurna, maka akan membuat menurunnya daya dukung pada struktur. Hal ini bsia menyebabkan deformasi. Yang lebih parah bisa menyebabkan runtuhnya struktur konstruksi. Penyebab lain dari kegagalan kelekatan ialah adanya korosi pada tulangan, terjadinya kebakaran, atau bisa jadi karena terlalu tipisnya selimut beton.
Metode perbaikan beton: 
·         Korosi, penggantian atau pembersihan dan penambahan baja tulangan.
·          mutu beton yang rendah, Perkuat struktur dengan bahan FRP Composite jenis e-glass (Furnished) perlapis pada daerah kering.

5.    Adanya Serangan Kimia
Beberapa bahan kimia digunakan dalam proses konstruksi beton tulangan, baik steel structure maupun baja. Seperti penggunaan fly ash pada campuran beton yang berpotensi bisa memberi pengaruh pada  beton terutama pada lingkungan bersulat. Selain itu, adanya tegangan internal bisa juga terjadi akibat dari mengembangnya unsur kimia tertentu pada beton, seperti Ca (OH)2 dengan unsur kimia penyerang.

6.    Penurunan Pondasi
Pada sebagian konstruksi, kondisi tanah kurang mendukung untuk bangunan yang kokoh dan berkualitas. Beberapa kasus yang terjadi ialah daya dukung tanah tidak seragam pada sebagian lingkungan bangunan. Hal inilah yang menjadikan perbedaan dan penurunan pondasi. Sedangkan komponen yang sering rusak ialah pada dinding pengisi.

Untuk kerusakan dan penanganan selanjutnya bisa dilihat di dalam tabel 1.1 di bawah ini;

 
Tabel 1.1 Jenis kerusakan beton bertulang dan alternatif perbaikan

2.  Jenis-Jenis Kerusakan Pada pekerjaan Lapisan Campuran Beraspal Dan Upaya Penanganan

1.    Retak Halus (Hair Cracking)
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
  • Kemungkinan penyebab:Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  • Pelapukan permukaan.
  • Air tanah pada badan perkerasan jalan.
  • Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Upanya Penanganan; Dalam tahap perbaikan, sebaiknya dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.

2.    Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)
Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
  • Kemungkinan penyebab: Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  • Pelapukan permukaan.
  • Air tanah pada badan perkerasan jalan.
  • Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Upanya Penanganan; dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.

3.   Retak Pinggir (edge crack)
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang  mengarah  ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
  •  Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jeni sekspansif clay pada tanah dasar.
  • Sokongan bahu samping kurang baik.
  • Drainase kurang baik.
  •   Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi

Upanya Penanganan; dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.


4.    Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
  •  Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
  • Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
  • Drainase kurang baik.
  •  Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
  • Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

Upanya Penanganan: dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.


5.    Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebabnya; adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.

Upanya Penanganan: dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah-celah yang terjadi.


6.    Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
  • Kemungkinan penyebab:Ikatan sambungan yang kurang baik.
  • Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalanlama.

Upanya Penanganan: dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.


7.    Retak Refleksi (reflection crack)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaikisecara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
  • Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.
  • Perbedaan penurunan ( settlement  ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan struktur perkerasan.

Upanya Penanganan: Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.


8.    Retak Susut (shrinkage crack)
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
  • Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
  •  Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Upanya Penanganan: Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan dilapis dengan burtu.


9.    Retak Selip (slippage crack)
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama denganterbentuknya sungkur ( shoving ).
Kemungkinan penyebab:
  • Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu.
  • Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
  • Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal.
  • Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

Upanya Penanganan: Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

10.  Amblas (grade depression)
 Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement. 
Upanya Penanganan:
  • Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.
  • Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai


Sumber : 
  • https://hesa.co.id/mengenali-jenis-keretakan-struktur-beton/
  •  https://strong-indonesia.com/artikel/kerusakan-jalan-aspal-penyebab-solusi/#:~:text=Ada%20berbagai%20jenis%20retak%20yang,adalah%20buruknya%20sistem%20drainase%20jalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS PENGENDALIAN MUTU PROYEK

PEKERJAAN PEMBANGUNAN KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT

Rencana Mutu Kontrak (RMK)